14 Oktober 2010 -
Bencana Alam Banjir Bandang Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat (04/10) telah berlalu 2 pekan lalu. Dampak ekonomi dan sosial pasca Bencana Wasior kini terjadi disebabkan banjir yang mengakibatkan kawasan permukiman dan perdagangan hancur dan mengalami kerusakan parah 80% pada permukiman dan infrastruktur. Secara otomatis, kegiatan perekonomian lumpuh total. Penduduk yang mengungsi ke daerah mencapai 4.771 pengungsi, korban meninggal dunia bertambah menjadi 153 orang, sedangkan 146 orang hilang, 165 orang luka berat, dan 2.393 orang luka ringan. Kerugian yang diderita kawasan ini mencapai Rp 382 miliar.
Kawasan Warior sebagai pusat ibukota Kabupaten Wondama memang telah menjadi kawasan perdagangan bagi penduduk pendatang dari Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa. Sanduay merupakan kawasan bisnis padat yang mulai berkembang dengan adanya perhotelan , pertambangan galian C, pasar baru, terminal, area usaha rumah indekos, ruko dan permukiman padat penduduk. Kawasan Wasior sendiri berkembang pesat selama delapan tahun ini, setelah menjadi daerah otonomi sebagai ibukota di bawah Kabupaten Teluk Wondama., dimana sebelumnya hanya menunjuk sebuah ibukota distrik di bawah Kabupaten Manokwari.
Delapan tahun berkembang dan saat ini hancur tinggal reruntuhan, kondisi ini sangat memprihatinkan. Masyarakat akan kehilangan mata pencaharian, sementara di tempat pengungsian belum tentu akan mendapatkan pekerjaan baru. Sebagai contoh, seorang pedagang di Pasar Lama yang memperoleh omzet rata-rata per bulan Rp 5 juta-Rp 6 juta, kini harus kehilangan pendapatan dan turut mengungsi bersama rekan-rekan yang sebelumnya bermatapencaharian. Kejadian ini menimpa semua pedagang dan perantau yang bekerja di kawasan Wasior. Belum lagi kawasan Wasior adalah kawasan rawan banjir yang berturut-turut terjadi sejak tahun 1950-an, 1970-an, dan terakhir 2008. Pusat pemerintahan pun telah dipindahkan ke Raisei (sekitar 20 km dari Wasior) yang direncanakan penataan ruang wilayah.
Setidaknya banjir Wasior membuka mata kita akan kondisi prihatin di Indonesia Timur yang masih perlu mendapatkan perhatian dan bantuan dari pemerintah agar pemerataan kesejahteraan masyarakat bukan saja milik masyarakat Indonesia bagian Barat, dan Indonesia bagian Tengah, namun juga memajukan daerah Indonesia Timur yang turut menyumbangkan devisa negara melalui hasil tambang.
0 komentar:
Posting Komentar