BAB VII. MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup yang bersifat kodrati.
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia.
Pandangan hidup diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
A) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
C) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi politik, ideologinya disebut ideologi politik, apabila negara, ideologinya disebut ideologi negara.
Pandangan hidup mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan.
Cita–cita ialah apa yang diinginkan yang mungin dapat dicapai dengan usahan atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram.
Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan / kepercayaan. Keyakinan / kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
B. CITA-CITA
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau mungkin belum terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan.
Faktor yang menetukan seseorang mencapai cita-cita :
Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia, yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Anak-anak muda yang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Anak yang berkemauan keras ingin mencapai apa yang dicita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya.
Faktor kondisi, yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
Misalnya :
Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak orang kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan. Kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang menguntungkan atau memudahkan mencapai cita-cita Amir. Budi anak orang miskin, menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan bagi Budi dalam mencpai cita-citanya.
Faktor tingginya cita-cita.
Pepatahan mengatakan “bayang-bayang setinggi badan”, artinya mencpai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran inin menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan, yakni dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilaluinya.
Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakta dan bangsa pun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya, bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.
C. KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
Manusia sebagai makhluk pribadi mempunyai pendapat sendiri, mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri, yang menjadikan manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan makhluk sosial : manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan,dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan melengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga fasilitas alam, yakni tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Makna kebajikan dapat dilihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan.
Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk yang ditentukan oleh suara hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dalam hati yang mendesak seseorang , untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suat perbuatan, tindakan, atau tingkah laku.
Sebagai anggota masyarakat, seseorang terikat dengan suara masyarakat. Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi-pribadi , sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat itu.
Sebagaimana suara hati pribadi selalu menginginkan yang baik maka masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi pun suara hatinya menginginkan yang baik untuk kehidupan masyarakatnya. Misalnya, warga di suatu daerah menghendaki kerja bakti dengan mengadakan pembersihan saluran air di kampung. Bila kita ikut beramai-ramai kerja bakti, kita mengikuti suara hati masyarakat.
Sebagai makhluk Tuhan, manusia harus mendengarkan suara hati Tuhan yang membisikkan agar manusia berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang. Untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengarkan suara Tuhan atau kehendak Tuhan yang berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi makna kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan hukum Tuhan.
Baik-buruk , kebajikan dan ketidakbijakan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidakbajikan.
Kebajikan manusia nyata dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya yang bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga :
1) Faktor pembawaan ( heriditas )
Merupakan hal yang diturunkan atau dipusakai oleh orang tua. Pembawaan telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Mengapa saudara sekandung tidak memiliki pembawaan yang sama? Sebab sel-sel benih yang mengandung faktor-faktor penentu ( determinan ) berjumlah sangat banyak; pada saat konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga menghasilakan anak yang bervariasi ( prinsip variasi dalam keturunan).
Ada yang memperlihatkan kecondogan ke arah rata-rata, yaitu sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka saudara sekandung ( prinsip regresi filial ).
2) Lingkungan ( environment )
Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga orang tua dan anak yang lebih tua merupakan panutan seseorang, sehingga dapat meberikan teladan yang baik, maka anak membentuk diri pribadi yang baik.
Dalam lingkungan sekolah, yang menjadi panutan adalah guru, serta teman-teman sekolah juga memberi andil. Tokoh panutan seorang anak memiliki posisi yang lebih luas dibandingkan dengan dalam keluarga.
Dalam lingkungan masyarakat, yang menjadi panutan adalah tokoh masyarakat dengan masa setelah anak-anak menjadi dewasa atau di perguruan tinggi.
3) Pengalaman
Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalaman manis yang sifatnya positif, memberikan bekal pada manusia yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan.
Dalam prakteknya ketiga faktor diatas memiliki sifat sama-sama dominan, karena ketiganya terjalin erat.
D. USAHA / PERJUANGAN
Usaha / perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita untuk kelanjutan hidupnya yang merupakan kodrat manusia.
Kerja keras dapat dilakukan dengan otak / ilmu maupun tenaga / jasmani, atau dengan kedua-duanya. Para ilmuwan dan para politisi lebih banyak bekerja keras dengan otak / ilmunya daripada jasmaninya. Para buruh, petani , para prajurit lebih banyak menggunakan jasmani daripada otaknya. Para tukang dan para ahli lebih banyak menggunakan kedua-duanya otak dan jasmani daripada salah satunya.
Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sebaliknya pemalas membuat manusia itu miskin, melarat, dan berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri.
Agama pun memerintahkan manusia untuk kerja keras. Sebagimana hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditujukan kepada para pengikutnya : “ Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat 11 :” Sesungguhnya allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas ini timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia. Kemampuan terbatas pada fisik dan keahlian / keterampilan. Orang yang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, keterampilan akan memperoleh hasil yang lebih banyak.
Karena manusia mempunyai kebersamaan dan belas kasih ( cinta kasih ) antara sesama, maka ketidakmampuan atau kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran ini dapat diatasi bersama-sama secara tolong-menolong, bergotong-royong sehingga dalam negara yang menerapkan sistem ini kesenjangan sosial tingkat kemakmuran dapat dihilangkan / tidak mencolok.
Dalam negara yang menganut ideologi liberalisme, kesadaran individu yang lebih berperan untuk membantu individu lain yang kurang bekerja keras memperoleh penghasilan layak.
Hal ini akan menimbulkan perjuangan bebas dan persaingan bebas , yaitu pengeksploitasi manusia. Misalnya, dalam hubungan kerja, majikan mempekerjakan buruhnya dengan upah murah tak sebanding dengan tenaga.
Dalam negara yang menganut ideologi komunis, negara yang lebih berperan mengatur usaha / perjuangan warga negara. Setiap warga negara harus tunduk dan patuh pada ketentuan yang ditetapkan negar, bahkan dengan paksaan dan kekerasan sehingga melanggar keadilan dan hak-hak asasi manusia yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat.
E. KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan / kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr. Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat :
1) Aliran Naturalisme
Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan, mungkin tidak ada Tuhan.
Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi , Tuhan yang menciptakan alam semesta dengan hukum-hukumnya.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan ialah kekuasaan tertinggi. Manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama, ada dua macam yaitu :
a) Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Bersifat mutlak (absolut),tetap, tidak berubah-ubah terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist.
b) Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif ( terbatas ).
Ajaran ini termasuk kebudayaan, terdapat dalam buku-buku agama yang ditulis oleh pemuka-pemuka agama yang bersifat berubah-ubah sesuai perkembangan jaman.
Apabila aliran naturalisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia bermula dari Tuhan, dilandasi oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui agamanya.
2) Aliran intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika /akal. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal ) kebajikan itu akan dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi yang membantu mencapai kebajikan yang maksimal walaupun teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat di peroleh dengan akal ( ilmu dan teknologi ).
Pandangan hidup ini disebut liberalisme yang menimbulkan kebebasan bertingkah laku dan berbuat, walaupun bertentangan dengan hati nurani.
3) Aliran gabungan.
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu.
Apabila aliran ini dihubungkan dengna pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan pandangan hidup.
Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati nurani dinomorduakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidka ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan masyarakat, disebut sosialisme.
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya mendasari keyakinan secara seimbang, akal sebagai hati nurani, logika berpikir baik secara individual secara kolektif, pandangan hidup ini disebut sosialisme – religius.
Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani.
Pandangan hidup sosialisme menekankan pada logika berpikir kolektif, sedangkan pandangan hidup sosialisme religius menekankan pada kogika berpikir kolektif individual. Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berpikri dari pada hati nurani, tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sedangkan sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya logika berpikir dan hati nurani, kekuasaan Tuhan begitu menentukan .
F. LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Dengan berpandangan hidup yang baik, kita mempunyai langkah-langkah dan kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik.
(1) Mengenal
Merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya dalam hal mengenal pandangan hidup. Kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup, yang telah ada sejak manusi pertama ada yaitu Adam dan Hawa yang mempunyai pandangan hidup yang digunakan sebagai pedoman dan memberi petunjuk kepada mereka.
(2) Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Dalam bernegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bernegara.
Dalam berpandangan hidup pada agama Islam, hendaknya kita mengerti apa Al-Quran, Hadist, dan Ijmak dan bagaimana ketiganya mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
(3) Menghayati
Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup .
Menghayati diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Dalam langkah mengerti dan menghayati harus ada sikap penerimaan terhadap pandangan hidup sehingga akan memperkuat keyakinannya.
(4) Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, kemasyarakatan, negaran dan kehidupan di akherat, hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah dihayati.
Meyakini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga mencapai suatu tujuan hidupnya.
Diperlukan iman yang teguh yang tak akan terpengaruh oleh pengaruh dari luar diri yang menyebabkan sugesti.
Contoh :
kita sebagai umat yang beragama Islam yakin bahwa Allah itu mempunyai sifat yang maha dari segala yang diantaranya adalah maha mengetahui. Sifat maha mengetahui ini membuat orang yang meyakininya selalu berbuat baik.
(5) Mengabdi
Merupakan suatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini suatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya dan merasakan manfaatnya.
Dampak berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada orangtua bila didasari oleh pandangan hidup Islam akan cenderung selau disertai dengan ketaatan dalam mengikuti segala perintahnya.
Jika kita sudah mengenal, mengerti, menghayati, dan meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai denganpengabdian dalam keadaan tentram dan menghadapi hambatan, tantangan dan rintangan.
(6) Mengamankan
Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.
Misalnya seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnya, lalu suatu ketika ia dicela, maka jelas ia tidak menerima celaan itu. Bahkan bila ada orang yang ingin merusak atau ingin memusnahkan agama Islam terang-terangan maupun diam-diam, tentu dan selayaknya kita mengadakan tindakan terhadap segala sesuatu yang menjadi pengganggu.
0 komentar:
Posting Komentar