BAB II. KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
A. PENDEKATAN KESUSASTRAAN
Ilmu Budaya Dasar, berasal dari Basic Humanities, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu manusia sebagai homo humanus.
Di setiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai kemanusiaan yang disampaikannya tidak normatif sehingga disampaikan lebih fleksibel baik isinya maupun cara penyampaiannya.
Pengertian sastra :
Sastra memegang peranan penting karena mempergunakan bahasa dimana bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia sehingga mempermudah sastra untuk berkomunikasi.
Sastra hakekatnya adalah penjabaran abstraksi.
Sastra juga didukung oleh cerita agar lebih menarik dan lebih mudah mengemukakan gagasan dalam bentuk yang tidak normatif.
Hubungan sastra dan seni dengan ilmu budaya dasar ialah IBD bertujuan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasa pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya.
B. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
Prosa adalah cerita rekaan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
a. Prosa lama, meliputi
1. Dongeng-dongeng
2. Hikayat
3. Sejarah
4. Epos
5. Cerita pelipur lara
b. Prosa Baru, meliputi
1. Cerita pendek
2. Roman/novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi
C. NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
Pengertian Prosa fiksi adalah karya sastra yang membawa moral, pesan atau cerita.
Nilai-nilai yang ada dalam prosa fiksi :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana peristiwa dikisahkan, mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat baru, mengenal tokoh-tokoh asing atau rumit perjalanan hidup mencapai sukses.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Dalam novel, kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, masa lalu, dan masa mendatang.
3. Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa dapat menstimulasi imajinasi, dan sarana bagi pemindahan dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman dengan banyak individu.
Contoh prosa fiksi adalah novel Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, Layar Terkembang, mengungkapkan impian, harapan, aspirasi dari generasi terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini.
Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua : Karya Sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, akan mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki jamannya. Contohnya: sastra Indonesia di jaman Jepang.
Karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.
Ilmu Budaya Dasar menitikberatkan pada manusia dengan segala persoalannya, baik manusia dan cinta kasih, manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan, manusia dan keadilan, manusia dan pandangan hidup, manusia dan tanggungjawab seta pengabdian, manusia dan kegelisahan, manusia dan harapan.
Kisah Mahabarata dan Ramayana adalah cerita kepahlawanan atau wira carita. Mahabarata menceritakan kepahlawanan orang pandawa mempertahankan kebenaran karena tanggung jawab pada Negara.
Ramayana mengungkapkan rasa cinta kasih Rama dan Sinta dan pengorbanan oleh Rama beserta bala tentaranya dalam merebut kembali Sinta.
Hikayat Hang Tuah menggambarkan gagah dan keberanian dalam menghadapi rintangan dalam mempertahankan Negara dengan tanggungjawab.
D. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI
Dalam Ilmu Budaya Dasar, puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang/unsur dari kebudayaan. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistic/ estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
1. Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
2. Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah:
1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Yang berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpula pengalaman langsung yang terbatas. Dengan pengalaman perwakilan itu, sastra/puisi dapat memberikan kesadaran ( insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti tentang diri sendiri dan masyarakat.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan kemampuan yang disebut “ imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
2. Puisi dan keinsyafan / kesadaran individual
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
3. Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi dapat manafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa:
- Penderitaan atas ketidak adilan
- Perjuangan untuk kekuasaan
- Konfjlik dengan sesamanya
- Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
PUisi umumnya sarat dengan nilai-nilai etika, estetika dan kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang mewarnai puisi adalah cinta kasih ( yang terpaut di dalamnya kasih sayang, cinta, kemesraan, dan renungan ).
Puisi “Episode” karangan Rendra melukiskan kemesraan cinta merasuk ke dalam jiwa dua sejoli muda-mudi yang sedang menjalin cinta :
Kami duduk berdua
Di bangku halaman rumah
Pohon jambu di halaman itu
Berbuah dengan lebatnya
Dan kami senang memandangnya
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
“mengapa sebuah kancing bajumu
Lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
Sebuah peniti menutup bajuku
Sementara itu
Aku bersihkan
Guguran bunga jambu
Yang mengotori rambutnya.
Kemesraan cinta tidak saja terpatri dalam lubuk hati tapi juga memancar dari sinat mata keduanya yang bening dan belaian-belaian mesra jari jemari mereka yang bergetar.
“Padamu jua” , mengungkapkan pandangan hidup Ketuhanan dan ratapan hati Amir Hamzah yang hancur luluh karena cintanya yang mesra dengan seorang gadis jawa diputuskan oleh ayahnya, yang menjodohkannya dengan gadis pilihan ayahnya yang masih kemenakannya sendiri.
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali akan padamu
Seperti dulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Dimana Engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku , gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik angin
Serupa dara dibalik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Matahari bukan kawanku
Puisi diatas, sebagai pemuda beriman, penyair tabah menghadapi cobaan hidup dengan mendekatkan diri kepada Tuhan . ia selalu merenung dalam solatnya dan pasrah atas kehendak Tuhan yang telah menentukan jalan nasibnya.
Pada diri manusia cinta kasih senantiasa menjiwai kehidupannya: kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, ayah kepada keluarganya, dan juga cinta tanah air atau patriotisme pada pemuda kepada tanah airnya.
0 komentar:
Posting Komentar